Kelompok Daesh atau dikenal sebagai ISIS tidak bersuara lantang ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi dan sepihak mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Padahal, kelompok militan lain seperti al-Qaeda, Taliban, Hamas dan Hizbullah mengobarkan perlawanan.
Sekalipun bersuara, ISIS agak terlambat. Media propagandanya baru memunculkan sikap kelompok itu pada hari Jumat. Isinya pun justru mencela kelompok pesaing dan para pemimpin Arab yang dianggap munafik.
“Bagaimana ISIS menanggapi pengumuman AS tentang pemindahan kedutaan ke Yerusalem? Marah? Nggak. Menyerukan jihad? Tidak juga,” kata peneliti independen, Raphael Gluck, di Twitter.
“ISIS mengambil tusukan pada pesaing dan menuduh kelompok-kelompok Islam lain mempolitisir kepentingan Palestina sesuai dengan agenda mereka sendiri. Mengapa?,” ujar Gluck, seperti dikutip New York Times, Sabtu (9/12/2017).
Reaksi ISIS yang tak bergejolak itu muncul dalam bulletin propagandanya, Naba, yang telah dianalisis SITE Intelligence Group.
”Enam puluh tahun dan Yerusalem telah berada di tangan orang-orang Yahudi, dan baru sekarang orang-orang menangis saat Tentara Salib mengumumkan hari ini sebagai ibu kota mereka,” bunyi sikap ISIS dalam siaran propagandanya tersebut.
”Apakah seruan ini menimbulkan masalah yang biasa mereka tangisi setiap kali disebutkan?,” lanjut sikap ISIS.
”Atau apakah ini kesempatan baru bagi para pedagang iman dan orang-orang yang curang untuk meninggikan suara mereka lagi?”.
Kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi ini berpendapat bahwa fokus yang semestinya adalah bekerja untuk mengalahkan negara-negara Arab yang berdering dengan Israel.
”Yang seperti gelang mengelilingi pergelangan tangan, melindungi orang-orang Yahudi dari serangan para mujahidin,” lanjut sikap ISIS.
”Yang seperti gelang mengelilingi pergelangan tangan, melindungi orang-orang Yahudi dari serangan para mujahidin,” lanjut sikap ISIS.
Sentimen kepedulian terhadap Palestina lebih nyaring disuarakan al-Qaeda, Hizbullah, para militer Syiah Irak dan Hamas.
Al-Qaeda Semenanjung Arab (AQAP), misalnya, menyatakan bahwa keputusan Trump tentang Yerusalem adalah sebuah agresi melawan Islam. Kelompok ini mendesak para pengikutnya untuk mengangkat senjata sebagai balas dendam.
”Orang-orang Yahudi tidak memiliki hak atas sebiji pasir di Palestina dan Yerusalem,” kata kelompok itu dalam siaran propagandanya yang dipantau SITE Intelligence Group.
“Kami menekankan bahwa apa pun yang diambil secara paksa hanya bisa diambil secara paksa,” lanjut kelompok tersebut.
Sebelumnya, kelompok para militer Irak menyatakan, keputusan Trump telah menjadi alasan sah untuk menyerang pasukan AS yang ada di wilayah Irak.
No comments:
Post a Comment