Kisah Guruku Lebih Pintar Dari Pada Kamu - Moeslim Terkini
Kisah Guruku Lebih Pintar Dari Pada Kamu

Kisah Guruku Lebih Pintar Dari Pada Kamu

Share This

Ada teman bertanya soal apa sih TAKLID BUTA?,  lalu saya sampaikan penjelasan para ustadz soal ini,  diantaranya yakni menyampaikan penjelasan larangan Allah Azza Wajalla agar umat Muslim tidak taklid buta di dalam Ayat At Taubah 31-33,  dan memberikan contohnya,  misal soal bid'ah,  dengan terang dan jelas Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam mengatakan, "kullu bidatin dholalllah", setiap bid'ah adalah sesat,  dan ini dijelaskan oleh banyak ulama dengan terang dan jelas sehingga sulit bagi siapa saja menyangkalnya,  seperti misal Imam Maliki menjelaskannya dengan jelas dan lugas dalam Kitab Al Ithisam,  bahkan disertai contohnya. Namun perkataan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan penjelasan ulama khibar(besar) ini ditinggalkan oleh sebagian orang dan justru mengambil pendapat para ustadz,  kyai,  habib dan syaikhnya,  bahwa selain ada bid'ah dholalllah juga ada bid'ah hasanah, subhanaallah, dan setelah saya jelaskan alhamdulillah teman saya paham atas penjelasan saya ini.

Dalam sebuah kajian Ustadz Syafiq Reza Basalamah bercerita tentang usaha beliau dakwah di beberapa pondok pesantren di Jawa Timur,  beliau sowan kepada para kyai pimpinan pondok untuk mengajak kepada pemahaman Sunnah yang benar,  namun usaha beliau selalu menemui jalan buntu,  setelah berdiskusi panjang lebar disertai dalil sahhih dari Alquran dan As Sunnah, sehingga hujjah yang disampaikan Ustadz Syafiq Reza Basalamah tidak dapat dibantah, ujungnya selalu pada perkataan si kyai,  "guruku lebih pinter dari kamu."

Memang kalau sudah taklid buta,  menganggap pendapat kyainya,  ustadznya,  habibnya atau Syaikh nya lebih benar dari pendapat siapapun akan sulit menerima kebenaran meskipun disertai puluhan dalil sahhih dari Alquran dan As Sunnah sekalipun.

Allah ta’alla berfirman,

بَÙ„ْ Ù‚َالُوا Ø¥ِÙ†َّا ÙˆَجَدْÙ†َا Ø¢َبَاءَÙ†َا عَÙ„َÙ‰ Ø£ُÙ…َّØ©ٍ ÙˆَØ¥ِÙ†َّا عَÙ„َÙ‰ Ø¢َØ«َارِÙ‡ِÙ…ْ Ù…ُÙ‡ْتَدُونَ

“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).

Allah ta’alla juga berfirman,

اتَّØ®َØ°ُوا Ø£َØ­ْبَارَÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَرُÙ‡ْبَانَÙ‡ُÙ…ْ Ø£َرْبَابًا Ù…ِÙ†ْ دُونِ اللَّÙ‡ِ ÙˆَالْÙ…َسِيحَ ابْÙ†َ Ù…َرْÙŠَÙ…َ ÙˆَÙ…َا Ø£ُÙ…ِرُوا Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُوا Ø¥ِÙ„َÙ‡ًا Ùˆَاحِدًا Ù„َا Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِÙ„َّا Ù‡ُÙˆَ سُبْØ­َانَÙ‡ُ عَÙ…َّا ÙŠُØ´ْرِÙƒُونَ

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).

Ayat ini turun terkait dengan orang-orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran-ajaran ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat ‘Ady bin Hatim].

No comments:

Post a Comment

Pages